Kamis, 08 Maret 2012

SEKULARISASI SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA DARI MASA KOLONIALISME


Masuknya Paham Sekuler Ke Indonesia
            Sebelum membahas masuknya paham sekuler ke Indonesia, kita harus mengetahui definisi dari kata sekuler. Sekuler berarti bersifat keduniaan, kebendaan[1]. Segala sesuatu apa yang dikerjakan (dari penganut paham sekuler) ditujukan hanya untuk mencari kebahagiaan di dunia saja. Berbeda dengan paham Islam, apa yang dilakukan dan dikerjakan di dunia ini ditujukan adalah untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena meyakini akan adanya setelah kehidupan di dunia yang sementara ini. Bahkan lebih kekal lagi. paham dari sekuler ini menjadi sebuah tantangan untuk umat Islam karena dapat merasuki umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya sehingga akan melupakan tuhan yakni Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kehidupan dan isinya. Allahu Rabbul’Alamiin.
            Paham sekulerisme ini menjaadi asas peradaban Barat modern bersama-sam dengan rasionalisme, empirisme (positivism), dualism, atau dikotomi, dan humanisme[2]. Artinya perkembangan Barat bertumpu pada rasio dan spekulasi filosofis dan bukan pada sesuatu agama. Pendekatan intelektual dan moralnya bersifat dikotomis, pemikirannya terbuka dan selalu berubah (dinamis). Makna realitas dan  kebenaran hanyalah sebatas pada realitas sosial, cultural, empiris dan melalui bersifat rasional. Ini berbanding tebalik dengan Islam yang pandangan hidupnya bersumberkan pada wahyu hadist, akal, pengalaman dan intuisi dengan memiliki pendekatan yang tidak dikotomis tapi tawhidi.
            Masuknya paham sekuler ke Indonesia, dimulai dari penjajahan yang dilakukan oleh Belanda yang merupakan salah satu bangsa Eropa kuat pada masa itu. Indonesia sendiri tidak dapat menolak dan berpegang teguh dengan apa yang menjadi pandangan hidup awalnya karena keadaan yang sedang tertindas dan tertekan dengan kondisi yang serba ketinggalan zaman dalam masalah teknologi modern hanya bisa mengikuti kehendak penjajah (kaum colonial).
            Seiring dengan bergulirnya zaman, paham sekuler  ini masuk ke dalam tubuh bangsa Indonesia merasuki berbagai macam aspek kehidupan termasuk system pendidikan Indonesia. system pendidikan Indonesia yang pada masa itu belum mengenal teknologi seperti sekarang, hanya ada pesantren yang menjadi basis pendidikan untuk dapat menuntut ilmu. Itupun hanya sebatas mempelajari agama dan ilmu-ilmu yang sekiranya dapat menunjang untuk kelangsungan hidup manusia, seperti contoh ilmu pertanian, caranya berkebun, engolah tanah dan lain sebagainya. Ini menandakan bahwa paham sekuler telah menugurat akar di dalam system tatanan kehidupan bangsa ini.
            System pendidikan yang kita kenal sekarang ini adalah produk Barat yang telah diterapkan selama beberapa abad. Karena adanya system pendidikan yang formal seperti sekolah dengan pendidikan pesantren terkesan adanya pemisahan antara orang yang ingin belajar ilmu agama dengan orang yang ingin belajar ilmu pengetahuan umum seperti matematika, IPA, IPS, dan lainnya. Padahal, apabila diketahui bahwa semua ilmu yang berada di alam semesta ini berasal dari Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam yang merupakan proses pewahyuan dari Allah SWT, Tuhan Semesta alam.
Sekularisasi Sistem Pendidikan
            Adanya system pendidikan produk Belanda yang merupakan hasil adopsi dari system pendidikan Barat telah menjadi acuan system pendidikan sekarang ini. Apabila diterawang lebih dalam lagi, bahwasannya jika bangsa ini telah teradopsi dengan system pendidikan Barat maka oramg-orang yang pada mulanya menganut system pendidikan lainnya (red: system pendidikan tradisional) tentulah adanya keinginan untuk kembali kepada system pendidikan yang dulu pernah ada. Disebabkan kolonialisme Belanda yang telah lama selama 350 tahun, akhirnya system pendidikan yang merupakan produk Barat jadi karakter bangsa ini. Selain itu juga, para pelajar-pelajar Indonesia yang waktu itu telah berpendidikan karena adanya politik Balas Budi dari pihak Belanda telah dicekoki dengan paham-paham barat yang lebih mengedepankan material sehiingga menghasilkan pelajar-pelajar bangsa ini yang sekuler.
            Dengan memasukan paham-paham Barat pada pola pikir anak bangsa ini, menjadikan mereka telah jauh dari system pendidikan Indonesia yang “sebenarnya” yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Para intelektual muda Indonesia saat itu bahkan saat ini juga telah lupa pada jati diri bangsanya. Sebetulnya, bangsa ini telah terkoyak dengan peradaban bangsa Barat yang kebudayaannya jauh dari norma hidup pergaulan yang baik untuk diterapakn pada diri bangsa Indonesia.
            Penerapan paham sekuler pada system pendidikan bangsa Indonesia sebenarnya diterapkan oleh para intelektual bangsa ini sendiri yang telah disetting oleh paham-paham dan system-sistem Barat. Maka, dapat disederhanakan bahwa sekularisasi system pendidikan yang berada pada bangsa ini bukan hanya sekedar “jasa” dari kaum penjajah tapi karena anak-anak bangsa ini sendiri. Prosesnya dengan merubah cara pandang atau mainset anak-anak bangsa ini ke dalam ideology Barat. Selanjutnya, akan dikatakan bahwa system pendidikan sekarang ini telah ideal dengan adanya sekularisme (pemisahan agama dalam pendidikan). Tapi, akibatnya dari sekularisasi pendidkan yang menjaadikan agama sebagai sampingan dari pembentukan karakter sebagai tujuan pokok dari adanya pendidikan.
            Dengan berubahnya arah pendidikan bangsa ini, membuat rakyat semakin tertinggal.  Paham-paham yang telah ditanamkan pada diri anak bangsa ini hanya untuk mengubah paradigm berpikir bagaimana menciptakan ilmuwan-ilmuwan yang handal dan pintar secara kognitif tanpa disertai dengan sikap kepintaran spiritual yang kuat. Dalam artian hanya mementingkan untuk kepentingan dunia semata tanpa memikirkan untuk akhirat kelak. System pendidikan ini menjadi tantangan untuk umat islam saat ini dalam memisahkan dikotomis antara ilmu pengetahuan dengan agama agar terwujud system pendidikan yang membentuk karakter manusia seutuhnya.
            Oleh karena itu, sekularisasi pendidkan sekarang ini harus dihilangkan dari peradaban umat islam di Indonesia saat ini. Kapanpun atau siapapun orang yang menghembuskan kembali system sekuler pada system pendidikan ini perlu kita waspadai dan perlu kita ingatkan agar system pendidikan Indonesia yang sebenarnya dapat terwujud.
            Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, yaitu rahmat bagi segenap umat menjadi sebuah pedoman  dalam menjalankan kehidupan termasuk dalam hal menuntut ilmu (tolabul ilmu). Ilmu menjadi acuan dalam memenuhi proses kehidupan ini sebenarnya adalah dari Allah SWT. Seperti ilmu sains astronomi[3], ekonomi/akuntansi[4] dan ilmu penunjang lainnya yang dapat digunakan dalam mempertahankan hidup. Ilmu juga merupakan instrument seorang manusia dalam memperoleh derajatnya di hadapan manusia dan Allah SWT.
            Al-Qur’an mengatur segala aspek kehidupan mulai dari bangun tidur sampai kita tidur kembali. Manusia yang menjadi subjek hidup Allah SWT harus dapat memikirkan gejala-gejala yang menjadi sunnatullah (ketentuan dari Allah SWT)[5]. Terjadinya siang dan malam, panas dan hujan, gempa, gerhana dan berbagai kejadian alam lainnya yang pada awalnya diklaim telah ditemukan bangsa Barat itu merupakan kebohongan besar yang harus diluruskan oleh zaman ini. Adanya Al-qur’an sebagai sumber ilmu menjadikan Islam sebagai agama universal yang dapat meluruskan arah zaman agar menjadi kembali pada kebenaran  yang hakiki.
            Ideology islam inilah yang akan menjadi pedoman ilmu untuk kita dalam memecahkan masalah pendidikan yang kian hari semakin pelik saja. Dalam islam tidak adanya pemisahan anatara ilmu dengan agama, keduanya harus dapat berjalan selaras, sehingga menciptakan ilmuwan yang cerdas serta mempunyai jiwa sosial islam yang dapat membawa isalm kembali pada peradaban.
Sinkronisasi Sistem Pendidikan Dalam Islam
            Visi dan misi kita adalah ingin adanya suatu integralisasi pendidikan agama dan umum dalam suatu system pendidikan yang terpadu antara pemahaman sains, agama dan praktiknya sesuai dengan kemajuan zaman. Sehingga kita harapkan lulusan ini mampu menguasai sains dan teknologi diiringi dengan keindahan akhlak[6]. Ini merupakan tujuan yang menjadi harapan dengan adanya sinkronisasi system pendidikan yang menyesuaikan dengan syariat Islam diiringi dengan adanya islamisasi bahan-bahan mata pelajaran atau buku pengantar pendidikan dalam menjelaskan pelajaran dan pengajaran.
            Proses pemulihan system alat pengantar pengajaran dalam pendidikan inilah yang perlu ditindaklanjuti. Karena system pendidikan sekarang ini lebih mendahulukan buku-buku dengan menggunakan teori-teori Barat dibandingkan dengan menggunakan buku-buku dari ilmuwan-ilmuwan Islam. Sebagai contoh dalam buku pengantar ilmu ekonomi, lebih menggunakan buku-buku teori Adam Smith. Padahal ilmuwan islam, sebagai bapak ekonomi yaitu Ibnu Khaldun lebih dulu menuntaskan permasalahan ekonomi yang berkembang saat itu yang sampai sekarang juga masih dapat digunakan.
            Selain dari pemulihan bahan-bahan ajar dalam proses islamisasi system pendidikan, juga perlu adanya pemahaman ideology keislaman. Dalam hal ini penting yakni tentang ketauhidan. Tauhid sebagai landasan awal pencarian ilmu agar nanti hasilnya ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan tidak disalah gunakan, dapat digunakan sebagaimana mestinya. Output yang menjadi luaran dari ideology ini yakni tertanamnya bahwa pemanfaatan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Kesimpulan
            Ilmu yang menjadi instumen penting dalam system pendidikan ini telah berubah wajah. Menjadi sebuah awal kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Agama sebagai tata cara hidup dalam mencari ilmu seyogyanya. Menjadi stabilitas dalam menuntut ilmu. Akan tetapi, kenyataan sekarang ini tidak menjadikan agama sebagai acuan mencari ilmu dan terkesan memisahkan agama dengan ilmu. Ini memacu adanya paham sekuler yang memisahkan tersebut dengan orientasi kebendaan/keduniawiaan.
            Pendidikan dalam menjalankan tugasnya untuk membentuk karakter manusia yang sesungguhnya telah kehilangan wajahnya dengan datangnya paham sekuler. Pembentukan karakter yang sekuler membuat kehidupannya hanya didedikasikan untuk kepentingan dunia semata tanpa memikirkan kehidupan akhirat yang lebih kecil. Individu seperti inilah yang membuat eksploitasi secara besar-besaran tanpa memikirkan dampak yang lebih besar.
            Kaum-kaum sekuler inilah yang membuat paham sebagai alat eksploitasi adalah segalanya. Padahal, uang hanyalah sebagian kecil dalam media kita untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, karena kehidupan yang hakiki adalah pemberian nikmat dari Allah SWT.
            Oleh karena itu, pembentukan karakter yang bertauhid adalah salah satu cara dalam menghapuskan sekularisme ini. Karakter yang bertauhid berpegang teguh pada hukum dan hanya semata untuk keridhoan Allah SWT. Harta hanyalah amanat, uang sebagai media untuk pemenuhan alat kebutuhan sehari-hari, tanpa memikirkan materi yang menjadi tujuan hidup. Pembentukan karakter bertauhid ini memerlukan waktu yang lama, metode dan mekanisme yang intinya kembali kepada Al-Qur’an dan hadist.


[1] Dhony Kurniawan S.Pd. kamus Praktis Ilmiah Populer
[2] Hamid Fahmy Zarkasyi. Liberalism pemikiran Islam
[3] Al-Qur’an. Q.S Ghafir: 61
[4] I bid. Q.S Al-Baqarah: 282
[5] Ibid. Q.S An-Nahl: 10-16
[6] Medium. Tinjauan Berita Dwi Mingguan. 14-28 April 2007. Hal 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar