Rabu, 07 Maret 2012

IMPLEMENTASI SYSTEM SOSIAL ISLAM MENUJU MASYARAKAT MADANI


Permasalahan sosial yang menjadi focus utama dalam perubahan tata masyarakat negeri ini semakin menguat. Masalah-masalah sosial yang pada awalnya kecil akhirnya mejadi besar karena lemahnya penyelesaian yang dilakukan oleh masyarakat kita sendiri. Ini dapat dikatakan seperti make problem into problem (membuat masalah dalam masalah).
            Dalam melakukan perubahan sosial yang menuju pada tatanan masyarakat yang ideal di dalamnya diperlukan adanya kekuatan berpikir, wawasan sosial dan metode yang tepat untuk mendesain perubahan sosial itu[1]. Idealnya sebuah masyarakat adalah dipandang relative dan pandangan manusia terhadap masyarakat yang ideal tersebut merupakan masyarakat yang dapat hidup secara berdampingan, saling mengasihi dan menyayangi, saling hormat menghormati dan ajaran-ajaran yang baik dapat mewujudkan masyarakat yang aman dan sejahtera. Masyarakat yang sesungguhnya akan terlihat jelas dalam kacamata keimanan dan keislaman yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan dalam bermasyarakat.
            Perubahan dinamika sosial yang sekarang terjadi berbeda konteksnya dengan perubahan sosiail yang terjadi pada kehidupan zaman Rasulullah SAW, sebagai uswatun hasanah[2] manusia. Masalah sosial yang terjadi adalah perubahan pola pikir yang sangat meracuni kehidupan saat ini. Pola pikir individualisme, hedonisme, materialism, positivism, sekularisme, liberalism, dan bahkan yang paling di takutkan adanya pola pikir satanisme yang didalamnya telah dipedomani untuk menjadi pengikut setia setan. Padahal setan adalah musuh manusia sampai akhir zaman. Akibatnya, manusia menjadi jauh dari kebenaran agama dan akhirnya melupakan Allah SWT sebagai Sang Kholik.
            Kehidupan yang humanis dan dinamis posistif adalah salah satu cirri masyarakat madani yang didambakan oleh setiap orang. Masyarakat madani menjadi acuan kemajuan masyarakat dalam mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera bukan dilihat dari kehidupan yang serba mewah dan kaya raya. Akan tetapi, kehidupan yang memenuhi keseimbangan antara hak dan kewajiban sesama manusia[3]. Selain itu juga terpenuhinya hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan Allah SWT sebagai habluminnallah. Masyarakat yang menjadi objek kajian sosial ini menjadi implementasi system sosial yang ada akan benar-benar diuji dalam menelaah dan meneliti seberapa besar system sosial islam dapat menjadikan masyaakat ideal sehingga mewujudkan masyarakat madani.
                Perubahan system sosial dalam masyarakat sekarang ini untuk menuju pada suatu tata system sosial islam dalam mewujudkan masyarakat madani pada hakikatnya telah dijelaskan dan sudah ada peradaban yang mencatat dari bentuk riil masyarakat tersebut. Yaitu sebagaimana dicontohkan oleh perjuangan Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat yang awalnya dari system jahiliyah menuju system masyarakat madani. Dalam konteks perubahan sosial yang dihadapi sekarang ini perlu adanya wawasan sosial. Menurut William Liddle terdapat dua alas an mengapa harus menerima wawasan sosial yang baru. Yang pertama wawasan itu menyatakan secara tidak langsung bahwa kekuatan sosial adalah otonomi dan lebih dulu dari pikiran, kalau kenyataannya ide tersebut membentuk baik bentuk maupun isi kekuatan sosilal di dalam masyarakat yang di bawah tekanan (sebagian mengatakan ini adalah masyarakat modern). Kedua, wawasan ini mempersempit secara berlebihan focus analitis kita kepada kedua variable kekuatan pikiran dan kekuatan sosial. Hakikatnya, adalah dalam menjalankan perubahan system sosial itu perlu kita pola dan amati secara seksama system sosial kehidupan terdahulu agar tidak tumpang tindih perjuangan dalam menciptakan masyarakat madani yang modern.
            Sulitnya gerakan islam dan para elit-elitnya dalam membentuk suatu tatanan system sosial baru yang ideal dan berdasarkan konsep keislaman sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW lebih banyak dipicu oleh lemahnya kekuatan penggerak atau wawasan teologis dan wawasan sosial yang berpijak pada kepentingan umat dan bangsa. Sebenarnya, apabila umat islam dan mayoritas dari segi jumlah dapat melakukan kerja kolektif (kerja sama) yang solid dalam membabat habis praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta praktik penyimpangan lainnya, maka Negara ini akan tegak di atas landasan moralitas Islam yang kaffah. Permalahan sosial lainnya seperti kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan yang kini dirasakan oleh umat islam sebetulnya diakibatkan karena lemahnya kesadaran teologis elit-elit islam untuk menegakan nilai-nilai islam dalam kehidupan[4]. Maka, system sosial yang sebenarnya dapat tercipta dengan mudah akhirnya sulit untuk diwujudkan karena elite-elite islam sendiri yang melakukannya dan itu dapat diidentifikasi karena adanya masukan paham-paham Barat yang mangarah pada liberalism, sekularisme, individualisme, dan paham yang telah merusak tatanan masyarakat dunia dewasa ini[5].
            Paham-paham Barat yang masuk ke dalam jati diri bangsa ini khususnya dan masyarakat global pada umumnya telah banyak melakukan perubahan dan penanaman pola pikir yang objektif. Akhirnya system sosial, budaya, politik, ekonomi dan aspek kehidupan lainnya menjadi rancu Karen banyaknya pandangan terhadap baik buruknya suatu tatanan masyarakat. Apabila diperhatikan ini merupakan salah satu misi bangsa yang telah berhasil dalam menghancurkan islam dengan adanya perbedaan pandangan terhadap baik buruk. Padahal baik buruk itu bersifat mutlak yang bersumber dari Allah SWT.
            Seperti telah dikatakan bahwa sulitnya perubahan system sosial kemasyarakatan ini karena elite-elite islam sendiri yang kurang bersatu. Dari pembuktiannya adanya serangan yang berbentuk politik atau memakai kendaraan politik, sehingga dunia Barat dapat menentukan sikapnya harus bagaimana dan akan dibagaimanakan dunia islam saat ini. Ini didasarkan pada penelitian mereka dengan membagi-bagi islam ke dalam 4 kelompok, yaitu sebagai berikut:
1.      Fundamentalis, yaitu kelompok yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kultur barat kontemporer. Mereka menginginkan Negara authoritarian dan murni untuk  melaksanakan hukum dan nilai-nilai moral islam, tapi mau menggunakan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.
2.      Tradisionalis, yaitu kelompok yang menginginkan masyarakat konservatif terhadap modernitas, inovasi dan perubahan.
3.      Modernis, yaitu kelompok yang menginginkan agar dunia islam menjadi bagian dari modernitas global. Mereka ingin memodernisir islam agar sejalan dengan zaman.
4.      Sekularis, yaitu kelompok yang menginginkan dunia islam menerima pemisahan gereja dan Negara, sebagaimana yang terjadi pada demokrasi industry Barat, dimana agama diposisikan sebagai urusan pribadi[6].
Dengan membagi islam ke dalam 4 kelompok inilah, maka dunia Barat dengan sangat teliti dan ulet menghancurkan islam dengan menyusupkan ideology-ideologi yang subversive. Elite-elite islam harusnya dapat pula memerangi dunia Barat ini dengan menanamkan akidah yang kuat dengan pelaksanaan dari syariat Islam yang tulus dan ikhlas dalam kehidupan manusia sehari-hari.
System sosial islam akan terbentuk apabila kelompok-kelompok islam dapat bersatu dan berkomitmen untuk dapat menjalankan syariat islam menuju masyarakat madani, tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT. Tatanan masyarakat islam yang modern menjadi sebuah pencapaian yang sangat diimpikan dari implikasi tatanan system sosial islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.
Pelaksanaan system sosial islam sesuai perjuangan nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat madinah yang madani itu tidaklah mudah. System sosial islam harus diiringi dengan keteladanan dan keikhlasan yang didahului oleh beliau sendiri. Untuk menjadikan uswatun hasannah yang teruji, banyak tantangan dan godaan dalam perjuangannya. Dalam pembentukan karakter masyarakat Rasulullah sebagai tonggak perjuangan umat islam dalam menegakkan masyarakat madani. Karena banyaknya karakter yang harus dirubah dengan kebudayaan yang bermacam-macam membuat beliau tetap istiqomah dan sabar dalam menghadapi semua itu.
Prosesnya memerlukan waktu yang lama, pikiran yang terkuras dan materi yang dikorbankan sangat banyak, sehingga membutuhkan pengorbanan lahir batin dan nyawa adalaha taruhannya. Pada awal datangnya islam, masyarakat Arab sungguh biadab dan jahiliyahnya sangat memprihatikan. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah terkahir yang dimukjizati Al-Qur’an sebagai wahyunya membuat perubahan tatanan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
Bagaimana proses Nabi Muhammad SAW dakwah secara sembunyi-sembunyi meskipun kadang dalam dakwahnya mendapati banyak ancaman. Paling penting dari pelajaran dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi adalah kuatnya pengaruh beliau dan system lobi dalam meyakinkan kepada setiap orang diajaknya bahwa agama yang beliau bawa adalah agama baik dan sempurna. Penanaman kesamaan ideology islam yang kaffah untuk tunduk hanya kepada Allah SWT itu bukanlah perkara mudah apabila tidak diiringi dengan keteladanan dan keistiqomahan beliau dalam berdakwah.
Setelah dirasakan telah mempunyai pengikut yang banyak dan telah memiliki kekuatan, maka dakwah secara terang-terangan adalah harga mati untuk dilaksanakan. Dimulai dari seruannya di atas bukit Thaif adalah wujud dari keberanian dan keyakinan beliau teradap ad-dinul Islam yang dibawanya adalah benar. Dari dakwah secara terang-terangan inilah, ancaman bukan hanya untuk keluarga atau kelompok beliau saja akan tetapi pada keselamatan nyawa beliau yang diancam akan dibunuh. Dengan keteladanan, keyakinan, keberanian, kesabaran dan keikhlasan beliau dapat membangun peradaban islam dan masyarakat madani yang sesuai dengan system sosial yang di dambakan setiap orang.
Kesimpulan
            Perubahan tatanan masyarakat dengan menjadikan system sosial islam sebagai pedoman dalam hidup bermasyarakat perlu untuk dilaksanakan. Penanaman ideology dan keyakinan terhadap system sosial islam harus diiringi dengan proses pemulihan keyakinan dan cara pandang umat islam saat ini juga. Persatuan dan kesatuan merupakan problem yang sekarang terjadi pada elite-elite islam sehingga pelaksanaan system sosial islam ini tidak dapat terlaksana.
            System sosial yang telah diajarkan dalam islam sebenarnya telah terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW, tinggal kita meneladani dan melaksanakan segala ketentuan yang dibuat oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan hadist sebagai pelengkapnya adalah dasar hukum dalam system sosial islam yang harus diimani. Masyarakat yang humanis dan berdinamis kea rah positif adalah contoh dari pelaksanaan system sosial yang akan mengarah pada masyarakat madani. System sosial islam akan tercapai dengan adanya konsistensi dalam berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist serta peneladanan sifat dari Rasulullah SAW khatamminnabiyyin.
            Oleh karena itu, perubahan system sosial masyarakat yang bertauhid di duna ini akan terasa hasil nyatanya, apabila kita sungguh-sungguh untuk berjuang dan bergerak menuju perubahan yang hakiki. Tanpa adanya perjuangan dan pergerakan yang diirigi dengan persatuan tanpa membawa perbedaan mazhab tatanan masyarakat madani sebagai implementasi dari system sosial islam yang berpedoman pada hukum Al-Qur’an dan hadist akan benar-benar terwujud.



[1] Dr. Syarifuddin Jurdi. Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern
[2] Al-Qur’an. Q.S Al-Ahzab: 21
[3] Ibid. An-Nisa: 4
[4] Dr. Syarifuddin Jurdi. Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern
[5] Hamid Fahmy Zarkasyi. Liberalisasi Pemikiran Islam
[6] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar